MENELAH
KISAH K.H. SAMANHUDI
“Banyak orang yang ingin kesebuah masa lalu.Tapi
mereka tidak pernah tahu suatu keindahan akan datang dari masa depan bukannya
masa lalu.” Oke,setiap orang boleh memiliki pemikiran seperti itu.Akan
tetapi,bukankah kita lebih baik tetap menatap masa lalu untuk tidak mengulangi
kesalahan yang sama di masa depan?. Banyak orang yang berpikir, “Sudahlah,Yang
berlalu biarlah berlalu,” atau “Untuk apa mengingat yang sudah berlalu”. Tetapi
kenyataannya, kita tidak bisa melupakan suatu masa lalu begitu saja. Karena
dengan mempelajari masa lalu,kita bisa tahu apa saja kesalahan kita,apa saja
kelemahan kita,dan hal hal apa saja yang harus kita persiapkan untuk merancang
masa depan. Masa lalu adalah guru terbaik dalam kehidupan.
Bagaimana cara mempelajari masa lalu? Salah satunya
dapat kita lakukan dengan kunjungan ke museum bersejarah. Dalam benak kalian
jika ditanya,”Apa nama museum di kota Solo?”.Pasti kalian jawabnya museum Radya
Pustaka. Padahal,kota Solo masih menyimpan banyak tempat-tempat bersejarah.
Salah satunya adalah Museum Samanhudi yang terletak di Jl Samanhudi,kelurahan
Sondakan,kota Solo ini. Pada Hari Sabtu tanggal 23 September 2017 yang
lalu,para siswa dari Sekolah Penerus Bangsa BEM UNS 2017 berkesempatan untuk
menelisik lebih dalam sejarah perkembangan Sarekat Dagang Islam yang di bawa
oleh K.H Samanhudi ini. K.H Samanhudi adalah pendiri Sarekat Islam,yang
akhirnya terus berkembang hingga berubah nama menjadi Sarekat Dagang Islam.
Pada masanya, K.H. Samanhudi adalah seorang saudagar
batik yang terkenal di Laweyan. Riwayat pendidikan K.H. Samanhudi hanya sebatas
SMP saja. Pun begitu,jiwa kepemimpinannya sudah menonjol. K.H. Samanhudi
mengajukan diri untuk meneruskan usaha batik orang tuanya.Ayahnya adalah H Ahmad Zein, yang
merupakan seorang saudagar batik terkenal di daerah Laweyan. K.H. Samanhudi
telah mampu memimpin beratus-ratus pengrajin batik di saat umurnya masih sangat
muda. Beliau mempunyai sifat rela berkorban,dermawan, peduli, dan sangat
mulia.Walaupun K.H. Samanhudi adalah seorang saudagar yang terkenal kaya,Tetapi
kekayaannya sebagian besar ia curahkan untuk kemajuan Sarekat Dagang Islam.
Di Museum Samanhudi terdapat peninggalan-peninggalan
sejarah tentang kehidupan K.H. Samanhudi. Diantaranya: foto-foto K.H. Samanhudi
dan keluarganya, replika kain batik, canting, anglo, bahan pewarna batik dan
salinan dokumen Sarikat Islam. Museum Samanhudi dulu memang pernah ditutup dan akhirnya dibuka kembali
pada 18 Mei 2012. Sebelumnya Museum Samanhudi berada di Kampung Laweyan,tetapi kini
sudah dipindahkan ke Kampung Sondakan, tempat lahir pendiri Sarekat Islam.Dari SDI rintisannya itu perjuangan kemudian
berkembang, begitu juga dengan organisasi rintisannya. Teks tentang sejarah
perkembangan organisasi ini dapat ditemukan di Museum Samanhudi seperti dalam foto
dan teks dari Raden Mas Tirto Adhi Suryo
yang terpajang dalam ruangan museum.
Selain mengunjungi Museum Samanhudi,Para Siswa
Sekolah Penerus Bangsa BEM UNS 2017 juga berkesempatan untuk berziarah ke makam
K.H. Samanhudi serta istrinya,Nyonya Samanhudi. Saat dalam perjalanan ke makam
K.H. Samanhudi,para siswa ditunjukan sebuah rumah yang merupakan pemberian Ir. Soekarno untuk K.H.
Samanhudi. Rumah yang dibangun pada 17 Agustus 1962 itu, masih memertahankan
arsitektur aslinya. Pondasi bangunan berupa dominasi batu alam berpadu dengan
halaman yang cukup luas. Tegel lawas menghiasi bagian dalam rumah,kira-kira
seluas 250 meter persegi tersebut. Di tembok depan rumah, terdapat prasasti
yang menandai pemberian rumah secara simbolis oleh Soekarno.
Dengan adanya kunjungan sejarah ini, diharapkan dapat menjadi penggerak bagi banyak
generasi muda yang kurang memahami sejarah perjuangan para tokoh pendiri
bangsa. Dengan adanya kunjungan sejarah mengenai perjalanan K.H .Samanhudi ini,diharapkan
generasi sekarang termasuk masyarakat luas mengetahui peran Samanhudi dalam
panggung pergerakan nasional dan dapat meniru sisi positif dari perjuangan
beliau tersebut.
Komentar
Posting Komentar