Langsung ke konten utama

Siklus Hidrologi dan Perairan Darat

 SIKLUS HIDROLOGI DAN PERAIRAN DARAT

Hidrosfer adalah keseluruhan sistem air di bumi yang meliputi lautan, perairan darat, airtanah, salju, dan air yang ada di atmosfer. Kurang lebih tiga perempat dari permukaan bumi tertutupi oleh air. Air di bumi bersirkulasi dalam lingkaran hidrologi. Air jatuh sebagai hujan dan salju, mengalir ke samudera-samudera, dan menguap kembali ke atmosfer. Semua air yang terdapat di bumi digolongkan ke dalam lapisan air atau hidrosfer.
A.    Siklus Hidrologi
Jumlah air di bumi tidak bertambah dan tidak berkurang. Hanya saja wujud dan tempatnya sering mengalami perubahan. Wujud air dapat berupa padat, cair, dan gas, sedangkan berdasarkan tempatnya berada di dalam tanah, di permukaan bumi, dan di atmosfer. Perubahan wujud dan tempat air membentuk suatu siklus atau daur yang disebut siklus hidrologi.

Sinar matahari yang menyinari permukaan bumi, termasuk menyinari perairan laut, mengakibatkan terjadinya proses penguapan. Proses penguapan terjadi di laut (evaporasi) dan di darat. Di darat penguapan terjadi pada tumbuhan (transpirasi) dan makhluk hidup lainnya (respirasi). Kemudian titik-titik uap berkumpul membentuk awan. Angin membawa awan menuju ke daratan. Karena perbedaan suhu di laut dan di darat, menyebabkan terjadinya proses kondensasi (berubahnya uap air menjadi air) dan kemudian ditumpahkan ke permukaan bumi (presipitasi) dalam bentuk hujan dan salju. Beberapa air yang jatuh di permukaan bumi mengalami infiltrasi (masuknya air ke dalam tanah) dan beberapa yang lain mengalami run off (mengalirnya air di permukaan bumi). Air yang mengalami infiltrasi kemudian mengalami proses perkolasi (mengalirnya air dalam permukaan bumi). Melalui proses run off dan perkolasi, air kembali menuju ke laut yang kemudian kembali terjadi penguapan dan proses seterusnya sehingga kesinambungan proses ini disebut Siklus Hidrologi.

B.     Perairan Darat
Perairan darat adalah sejumlah massa air yang terdapat di daratan yang ada di bawah permukaan bumi yang tergenang dan mengalir ke permukaan bumi. Perairan darat berasal dari air hujan yang meresap dan mengalir di permukaan bumi. Perbandingan antara banyaknya air yang meresap dan mengalir di permukaan tergantung pada berbagai faktor sebagai berikut:
1.      Curah hujan
2.      Kekuatan jatuhnya butiran air hujan di permukaan bumi
3.      Vegetasi di permukaan bumi
4.      Derajat permeabilitas dan struktur tanah
5.      Topografi
Perairan darat dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu
1.      Sungai
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai, sungai adalah alur atau bawah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Sungai terbagi menjadi tiga bagian, yaitu hulu, tengah, dan hilir. Perbedaan karakteristik dari ketiganya terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik bagian-bagian sungai
Ciri
Hulu
Tengah
Hilir
Topografi/relief
Bergelombang
Bergelombang-datar
Datar
Kemiringan
Curam
Curam-landai
Landai
Debit
Kecil
Sedang
Besar
Aliran
Deras
Deras-tenang
Tenang
Bentuk profil
V
U
U (lebar)
Proses dominan
Erosi
Transportasi
Sedimentasi
Arah erosi
Vertikal
Vertikal dan horizontal
Horizontal
Arus air di hulu (umumnya di pegunungan) sangat deras, sedangkan dekat muara arusnya tenang. Air sungai mengalir disertai dengan erosi (pengikisan) dan sedimentasi (pengendapan) di sepanjang alur sungai. Hasil erosi berupa batu-batu besar dan kecil yang diangkut arus sungai menuju ke hilir. Ketika alirannya melambat, batu-batuan tersebut diendapkan mulai dari batu-batu yang besar kemudian batu-batu yang kecil. Bahan yang halus seperti pasir dan lumpur diendapkan di daerah muara.
Air yang berada di daratan berasal dari air hujan, mata air, maupun cairan gletser yang mengalir melalui sebuah saluran menuju tempat yang lebih rendah. Mula-mula saluran yang dilalui ini berukuran relatif sempit dan pendek. Namun, secara alamiah aliran ini mengikis daerah-daerah yang dilaluinya. Akibatnya, saluran ini makin lama makin lebar dan panjang sehingga terjadilah sungai. Aliran air sungai ada yang sampai kelaut, danau, atau ke sungai yang lebih besar (sungai induk). Aliran air sungai ada yang tidak mencapai salah satu dari tiga daerah itu, tetapi sampai ke daerah lain, misalnya aliran sungai yang menuju daerah kering. Di daerah ini air sungai tersebut akan meresap ke tanah atau menjadi sungai mati.
Macam-macam sungai dibedakan berdasarkan sumber airnya, letak alirannya, dan posisi aliran airnya.
1)      Sungai berdasarkan sumber airnya
Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.
a.       Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
b.      Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peg. Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
c.       Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
2)      Sungai berdasarkan debit airnya
Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu sungai permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral.
a.       Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
b.      Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
c.       Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
d.      Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
3)      Sungai berdasarkan keterkaitannya dengan airtanah
Berdasarkan keterkaitannya dengan airtanah, sungai dibedakan menjadi dua, yaitu sungai influent dan sungai efluent.
a.       Sungai Influent, adalah sungai yang airnya menyuplai ketersediaan airtanah. Biasanya arah aliran airtanah bersinggungan dengan air sungai namun akuifernya berada jauh di bawah aliran air sungai.
b.      Sungai Efluent, adalah sungai yang disuplai oleh aliran airtanah, sehingga menjadi baseflow di sungai tersebut. Biasanya akuifer berada dekat dengan permukaan, sehingga saat aliran bersinggungan dengan aliran sungai, maka akuifer tersebut ikut mengisi aliran sungai tersebut.

4)      Sungai berdasarkan arah aliran terhadap perlapisan batuan
Berdasarkan arah aliran terhadap perlapisan batuan, sungai dibedakan menjadi berikut ini.
a.       Sungai Konsekuen Longitudinal adalah sungai yang arah alirannya sejajar dengan arah antiklinal.
b.      Sungai Konsekuen Lateral adalah sungai yang arah alirannya menuruni lereng-lereng asli yang ada di permukaan bumi. Apabila mengalir searah dengan kemiringan mulai dari daerah Kubah, pegunungan blok yang baru terangkat, dataran pantai terangkat mula-mula memiliki sungai konsekuen.

c.       Sungai Subsekuen adalah sungai yang arah alirannya menuju ke sungai konsekuen lateral.
d.      Sungai Resekuen adalah sungai yang mengalir searah dengan sungai konsekuen dan searah dengan kemiringan lapisan.
e.       Sungai Obsekuen adalah sungai yang mengalir berlawanan arah dengan arah kemiringan lapisan dan juga berlawanan dengan arah aliran sungai konsekuen. Biasanya pendek dengan gradient tajam, dan merupakan  sungai musiman yang mengalir pada gawir. Umumnya merupkan cabang dari sungai subsekuen.
f.       Sungai Insekuen adalah sungai yang tidak jelas pengendaliannya tidak mengikuti struktur batuan, dan tidak jelas mengikuti kemiringan lapisan. Pola alirannya umumnya dendritik. Banyak menyangkut sungai – sungai kecil.
5)      Sungai berdasarkan pola aliran airnya
Berdasarkan pola alirannya, sungai terbagi menjadi berikut ini.
a.       Pola Dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Mengapa demikian ? Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih mudah dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.

b.      Pola Radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada bentang alam ini pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radial dan annular. Pola aliran radial dibedakan menjadi dua, yaitu
a) Aliran sungai radial sentrifugal adalah pola aliran sungai dalam bentuk menjari yang arah alirannya meninggalkan titik pusat. Pola aliran sungai ini biasanya terdapat di daerah vulkan atau puncak yang berbentuk kerucut. Pola Aliran Radial Sentrifugal: arah aliran menjauhi/meninggalkan titik pusat.
b) Aliran sungai radial sentripetal adalah pola aliran sungai dalam bentuk menjari yang arah alirannya menuju ke titik pusat. Pola aliran sungai ini biasanya terdapat di daerah ledokan/basin atau aliran sungai yang masuk ke danau. Pola Aliran Radial Sentripetal: arah aliran menuju ke titik pusat.
c.       Pola Rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan batuannya lunak. Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.
d.      Pola Trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama berarah searah dengan sumbu lipatan.
e.       Pola Paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.
f.       Pola Annular adalah pola aliran yang semula merupakan pola aliran radial sentrifugal, kemudian muncul sungai asubsekuen yang sejajar, sungai obsekuan, dan resekuen. Pola aliran ini terdapat di daerah dome stadium dewasa.
Keberadaan sungai dan kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan sampai kapan pun. Demikian juga dengan kehidupan hewan dan makhluk lain, semua bergantung pada sungai. Berikut beberapa manfaat sungai bagi kehidupan manusia.
·         Sumber air bersih
·         Pengairan dan irigasi
·         Sumber energi pembangkit listrik
·         Sarana transportasi
·         Budidaya perikanan
·         Pariwisata
·         Tepat olahraga
Karena begitu banyaknya manfaat yang dapat kita ambil dari sungai maka sudah sewajarnya kita sebagai manusia berkewajiban untuk menjaga kelestarian sungai. Dewasa ini begitu banyak tangan yang tidak bertanggung jawab yang telah merusak sungai-sungai di sekitar kita. Mereka dengan mudahnya membuang sampah ke sungai. Bahkan tidak hanya sampah organik atau sampah rumah tangga, namun limbah sisa hasil produksi juga di buang ke sungai. Banyak pabrik yang dibangun di bantaran sungai dengan tujuan agar limbah yang dihasilkan dapat langsung dibuang ke sungai tanpa adanya pengolahan limbah. Akibat dari hal tersebut adalah tercemarnya sungai-sungai di sekitar pabrik. Masyarakat dan hewan yang memanfaatkan air sungai akan terserang penyakit yang berbahaya. Selain itu, air sungai yang meresap ke dalam tanah akan mencemari air sumur dan apabila di konsumsi dalam jangka waktu yang lama akan merusak ginjal.
Oleh karena itu, kita harus senantiasa menjaga sungai-sungai yang ada di sekitar kita agar tidak tercemar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara beikut ini.
a.       Tidak membuang sampah di sungai.
b.      Tidak membuang limbah rumah tangga maupun limbah industry secara langsung.
c.       Masyarakat dan pemerintah bergotong royong membersihkan sungai dari sampah.
d.      Harus ada tindakan tegas dari pemerintah berupa sanksi hukum kepada pabrik-pabrik yang membuang limbah ke sungai.
e.       Adanya pemantauan dari pemerintah terhadap pabrik dalam proses pembuangan limbah. Pabrik hendaknya memiliki alat pengolahan limbah agar aman bagi lingkungan sekitar.
f.       Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya lingkungan hidup yang bersih dan sehat.

2.      Danau
Danau merupakan suatu daratan yang cekung (basin) yang digenangi air yang cukup banyak Danau dapat dikatakan sebagai tempat penampungan (reservoir) air tawar di darat pada ketingian tertentu di atas permukaan laut. Sumber air danau antara lain air hujan, air sungai, cairan gletser, dan airtanah. Danau terbentuk melalui berbagai cara, antara lain karena adanya depresi pada permukaan bumi. Cekungan alam terbentuk karena tenaga geologi patahan, pelarutan bagian permukaan bumi (daerah karst), erosi gletser, dan letusan gunung berapi. Kemudian jika sebagian tepi cekungan alam ditutup maka terbuatlah danau buatan atau disebut waduk. Menurut proses terjadinya, danau dapat dibedakan menjadi:
1)      Danau Tektonik, adalah danau yang terjadi karena adanya tenaga tektonik seperti lipatan, patahan, dan gerakan kulit Bumi yang menyebabkan terjadinya bentuk permukaan bumi yang lebih rendah daripada daerah sekitarnya. Contoh Danau Poso di Sulawesi.
2)      Danau Vulkanik, adalah danau yang terjadi pada kawah atau kepundan gunung berapi yang masih aktif maupun yang pasif kemudian terisi air. Pada bekas letusan gunung berapi biasanya terjadi cekungan. Jika cekungan terisi oleh material vulkanik yang tidak tembus air maka hujan yang jatuh di cekungan tersebut tertampung dan terjadilah danau vulkanik. Contoh Danau Batur di Bali.
3)      Danau Tektonovulkanik, adalah danau yang terjadi karena gabungan tektonisme dan vulkanisme. Pada saat terjadi erupsi gunung api (meletus), sebagian badan gunung api patah dan merosot menutupi lubang kepundan. Patahnya gunung ini disebabkan adanya kekosongan dapur magma pada saat terjadi gunung meletus. Jika daerah patahan tersebut terisi air, maka akan terbentuk danau. Contoh Danau Toba di Sumatera Utara.
4)      Danau Doline (karst), adalah danau ini terjadi di daerah karst karena adanya proses pelarutan zat kapur oleh air. Pelarutan kapur tersebut menghasilkan suatu bentuk cekungan yang jika terisi air hujan akan membentuk danau karst berupa dolina. Jika ukuran suatu danau karst lebih besar daripada dolina pada umumnya, maka disebut uvala. Danau karst yang lebih besar daripada uvala adalah polje. Biasanya danau doline bentuknya kecil dan bersifat temporer. Artinya, air danau ada pada waktu musim hujan saja. Contohnya di Pegunungan Seribu, Yogyakarta.
5)      Danau Gletser, adalah danau yang terjadi karena adanya cairan gletser sebagai akibat dari glasiasi kontinental atau pencairan gletser pada akhir zaman. Contoh Danau Finger di New York dan The Great Lakes di Amerika.
6)      Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake), adalah danau yang terbentuk karena meander yang terputus. Danau ini memiliki bentuk seperti tapal kuda atau melengkung. Sungai yang besar biasanya membentuk kelokan aliran sungai di hilir sungai tersebut, yang disebut meander. Hasil erosi oleh sungai yang terendapkan akan menutup aliran sungai pada meander sehingga meander sungai terpisah dari aliran sungai yang baru. Jika sisa aliran ini terisi lebih lanjut oleh air, maka akan terbentuk danau oxbow atau danau tapal kuda. Danau Oxbow sering dijumpai di beberapa sungai di Kalimantan..
7)      Danau Bendungan, adalah danau yang terjadi karena adanya pembendungan aliran sungai. Pembendungan ini bisa terjadi karena dua sebab, yaitu karena longsoran (proses alami) dan direncanakan (buatan manusia). Contoh danau bendungan oleh proses alam adalah Danau Pengilon di Dieng. Selain oleh proses alam, danau ini bisa dibuat oleh manusia dengan kesengajaan (direncanakan) untuk membendung aliran sungai. Danau yang terbentuk biasa disebut waduk, contoh Waduk Serbaguna Wonogiri.
Danau memiliki kegunaan yang banyak, seperti:
·         Pengendali banjir
·         Sebagai PLTA
·         Penyedia air bersih
·         Suplay air irigasi
·         Pengembangan pariwisata
·         Suplay air untuk kegiatan industri
·         Tempat wisata
·         Mata pencaharian
Agar sutau danau lestari, dapat ditempuh cara-cara dibawah ini.
·         Kelestarian hutan dan penghujauan daerah di sekitar sungai yang menuju ke danau
·         Pencegahan masuknya polutan, misal polutan yang berasal dari pabrik ke aliran sungai yang menuju ke danau sehingga tidak terjadi pencemaran
·         Penyuluhan masyarakat yang menangkap ikan di danau supaya tidak menggunakan pukat dan racun
·         Penyuluhan masyarakat yang tinggal di sekitar sungai yang mneuju ke danau supaya tidak membuang sampah ke sungai
·         Penyuluhan masyarakat di sekitar danau agar menjaga kelestarian lingkungan hidup

3.      Rawa
Rawa adalah tanah basah yang selalu digenangi air karena sistem drainase yang rendah. Ciri khas dari sebuah rawa adlaah tidak adanya pohon-pohon dan semak-semak, tetapi ditumbuhi oleh tumbuhan-tumbuhan berbatang lunak dan rerumputan. Daeah rawa yang rendah tidak dapat mengalirkan kelebihan airnya ke laut sehingga selalu digenangi oleh air serta rumput-rumputan tinggi.
Tanah pada rawa termasuk tanak organik yang asam dan tidak dijumpai adanya cacing. Indikasi tanah rawa dapat dimanfaatkan untuk menanam adalah dengan melihat ada tidaknya cacing tanah dan pohon rumbia. Artinya, semakin banyak cacing tanah dan pohon rumbia maka semakin subur rawa tersebut.
Daerah berawa terjadi mengikuti perluasan daratan karena sedimentasi akuatis. Oleh karena itu, rawa dapat dijumpai pada tempat-tempat yang syarat-syarat sedimen akuatisnya memungkinkan. Misalya daerah-daerah pantai Papua, pantai utara Jawa, pantai timur Sumatra, dan pantai Kalimantan.
Jenis-jenis rawa dapat dilihat berdasarkan genangan airnya dan proses terbentuknya.
1)      Berdasarkan genangan airnya
  1. Rawa yang Airnya Selalu Tergenang, ditandai dengan tertutup tanah gambut yang tebal sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Sulit ditemukan bentuk kehidupan binatang karena air di sekitar wilayah tersebut sangat asam dan berwarna kemerah-merahan akibat reaksi oksida besi. Derajat keasaman (pH) di daerah ini berkisar antara 4–4,5.
  1. Rawa yang Airnya Tidak Selalu Tergenang, jenis rawa ini memperoleh pergantian air tawar yang berasal dari limpahan air sungai saat terjadi pasang naik laut dan relatif mengering pada saat air laut surut. Proses pergantian air yang senantiasa berlangsung mengakibatkan kondisi air di wilayah rawa tidak terlalu asam sehingga beberapa jenis hewan dan tanaman mampu hidup dan beradaptasi dengan wilayah ini.
2)      Berdasarkan proses terbentuknya
a.       Rawa Abadi, adalah rawa yang tidak pernah kering sepanjang tahun dan terbentuk dari genangan air hujan atau airtanah yang tidak mempunyai pelepasan. Air di rawa tersebut sangat asam dan berwarna kemerah-merahan dan hampir tidak ada organisme yang dapat hidup sehingga tidak dapat dimanfaatkan.
b.      Rawa Sungai, ketika air sungai meluap, bahan kasar yang dibawa sungai akan membentuk tanggul alam sepanjang sungai tersebut. Di sebelah luarnya terendap bahan-bahan yang lebih halus. Ketika air surut kembali, genangan air di luar tanggul tidak dapat kembali ke sungai sehingga terbentuk rawa sungai. Peristiwa yang sama akan terjadi setiap air sungai meluap dari tempat alirannya. Rawa sungai juga dapat terbentuk pada proses pemenggalan meander dan biasa disebut oxbow swamp.
c.       Rawa Muara, pada waktu pasang naik air laut masuk ke uara sungai dan melimpah ke daratan di sekitarnya. Ketika air laut surut permukaan air rawa tersebut merendah dan naik lagi ketika terjadi pasang. Dengan membuat saluran untuk memasukkan air sungai ke rawa pada waktu pasang naik dan mengeluarkan air rawa pada waktu pasang surut, derajat keasaman air rawa dapat dikurangi. Dengan demikian rawa tersebut dapat dijadikan sawah pasang surut.
d.      Rawa Teluk, terbentuk di pantai landai karena sebuah teluk terbendung oleh bar (endapan pasir yang tumbuh di dasar laut). Karena pembendungan terseut, dasar teluk menjadi bertambah dangkal dan tertutup vegetasi pantai sehingga terbentuklah sejenis rawa pantai.
Beberapa manfaat rawa bagi kehidupan manusia, sebagai berikut.
·         Rawa dengan hutan mangrove (bakau) dapat menghasilkan kayu untuk berbagai keperluan manusia.
·         Rawa pantai dengan nipah dan rumbia yang tumbuh di dalamnya digunakan sebagai penghasil bahan atap.
·         Berbagai jenis rawa dapat menghasilkan ikan
·         Daerah rawa dapat dijadikan permukiman dengan rumah-rumah bertiang tinggi dan perahu sebagai alat transportasinya.
·         Setelah dikeringkan, rawa dapat dijadikan lahan pertanian kering.

4.      Airtanah
Airtanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah (Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Airtanah). Airtanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang tedapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Akuifer memiliki sifat yang mampu menyimpan dan meloloskan air.
Terdapat dua jenis akuifer, yaitu.
a.       Akuifer Tertekan (Confined Aquifer), yaitu lapisan air yang dibatasi oleh dua lapisan impermeabel (lapisan kedap air) di atas dan di bawahnya. Apabila kita membuat sumur dan dasar sumur mencapai lapisan ini, maka sumur yang dibuat disebut sumur artesis.
b.      Akuifer Bebas (Unconfined Aquifer), yaitu lapisan air yang dibatasi oleh satu lapisan impermeabel (lapisan kedap air) di bawahnya saja. Sumur yang dibuat dengan dasar sumur yang mencapai lapisan ini disebut sumur dangkal.


Peranan airtanah bagi kehidupan, antara lain:
·         Merupakan bagian yang penting dalam siklus hidrologi
·         Menyediakan kebutuhan air bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan
·         Kebutuhan air bersih untuk perkotaan dan pedesaan banyak yang dipenuhi dari airtanah (PDAM, PPSAB, DGSDM)
·         Kebutuhan pokok (air minum dan rumah tangga), lebih dari 70% penduduk masih memanfaatkan airtanah
·         Kebutuhan industri, sekitar 90% masih menggantungkan pada airtanah
·         Kebutuhan untuk perkebunan, banyak dikembangkan oleh perkebunan tebu, kelapa sawit, teh, karet
·         Kebutuhan untuk pertanian, dibeberapa daerah banyak dikembangkan dari airtanah (P2AT)
·         Kebutuhan dalam pertambangan : pencucian, dewatering, dan untuk fasilitas umum
·         Fasilitas umum (MCK, air minum), dibanyak perkantoran, peribadatan, rumah sakit, panti asuhan, dll
Mengingat peran airtanah semakin penting, maka pemanfaatan airtanah harus didasarkan pada keseimbangan dan kelestarian airtanah itu sendiri, dengan istilah lain pemanfaatan airtanah harus berwawasan lingkungan. Karena jika tidak berwawasan lingkungan maka pengambilan airtanah akan menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif dari pengambilan airtanah secara berlebihan terhadap airtanah itu sendiri dan lingkungan sekitar adalah :
·         Penurunan Muka Airtanah, pengambilan airtanah yang terus meningkat di daerah pengambilan airtanah intesif akan menyebabkan penurunan muka airtanah secara meluas yang mencerminkan terjadinya penurunan kuantitas airtanah.
·         Intrusi Air Laut, apabila keseimbangan hidrostatik antara airtanah tawar dan airtanah asin di daerah pantai terganggu, maka akan terjadi pergerakan airtanah asin/air laut ke arah darat dan terjadilah intrusi air laut. Adanya intrusi air laut ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan airtanah di daerah pantai, karena berakibat langsung pada mutu airtanah.
·         Pencemaran Airtanah, akibat pengambilan airtanah yang intensif di daerah tertentu dapat menimbulkan pencemaran airtanah dalam yang berasal dari airtanah dangkal, sehingga kualitas airtanah yang semula baik menjadi menurun dan bahkan tidak dapat dipergunakan sebagai bahan baku air minum. Sedangkan di daerah dataran pantai  akibat pengambilan airtanah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya intrusi air laut karena pergerakan air laut ke airtanah.
·         Amblesan Tanah (land subsidence), timbul akibat pengambilan airtanah yang berlebihan pada lapisan pembawa air (akuifer) yang tertekan (confined aquifers), airtanah yang tersimpan dalam pori-pori lapisan penutup akuifer akan terperas keluar yang mengakibatkan penyusutan lapisan penutup tersebut, akibatnya terjadi amblesan tanah di permukaan.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan airtanah adalah bagaimana menyikapi antara terbatasnya ketersediaan airtanah di alam dan peningkatan pengambilan airtanah ini karena tuntutan kebutuhan akan air yang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Berikut beberapa upaya pemulihan ketersediaan airtanah dapat dilakukan dengan cara:
·         Pengelolaan airtanah wajib mengacu kebijakan pengelolaan airtanah yaitu UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA).
·         Setiap bangunan harus diwajibkan membuat sumur resapan dan lubang biopori sehingga air hujan dapat meresap ke dalam tanah dan dapat meningkatkan cadangan airtanah, serta mengurangi volume aliran permukaan.
·         Melakukan reboisasi untuk memperbanyak akar yang menahan air di dalam tanah.

·         Memasang paping sebagai pengganti semen untuk menghindari genangan air di halaman rumah pada saat hujan karena pada pemasangan paping terdapat celah-celah sebagai jalan air hujan masuk ke tanah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bentuk,Dampak,dan Contoh Konflik Sosial

BENTUK – BENTUK KONFLIK A.    Berdasarkan Sifatnya 1.     Konfik Destruktif merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang,   benci dan dendam dari seseorang atau kelompok terhadap pihak lain. Contohnya: konflik peristiwa Mei 1998 (reformasi) yang mengakibatkan banyaknya jatuh korban seperti mahasiswa trisakti. 2.    Konflik Konstruktif merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Contohnya: konflik persaingan bisnis, perusahaan A & B sama2 berebut pelanggan & bersaing secara sehat pada akhirnya kedua perusahaan berusaha meningkatkan kualitas produknya agar menarik minat pelanggan.                                             B.    Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik 1.     Konflik vertikal merupakan konflik antarkomponen masyarakat di dalam satu struktur yang memiliki hirearki. Contohnya: konflik antar buruh bangunan de

Peran,metode,dan keistimewaan sunan giri

PERAN SUNAN GIRI 1.        Islam Di daerah Blambangan Ketika Raden paku selesai belajar di pasai kemudian beliau bersama Raden Makdhum Ibrahim meneruskan perjalanan ke mekah untuk menuaikan ibadah haji,kemudian baru pulang ke Jawa.Setelah itu,Raden Paku ditugaskan sunan ampel untuk kembali berdakhwah ke negeri blambangan(tempat kakek kandungnya sendiri,prabu minak sembuyu).Prabu minak sembuyu sangat senang sekali sebab cucunya yg pernah dibuang ke lautan itu ternyata masih hidup dan kini sudah dewasa.Setelah mengetahui tujuan raden paku untuk mendakwahkan islam,prabu minak sembuyu tidak menghalang halanginya.Karena itu lah,akhirnya Agama islam menjadi berkembang di blambangan.sedang agama Hindu Budha menjadi terdesak sampai ke pulau bali dan gunung tengger. 2.        Perkembangan islam di gresik Menurut riwayat lain,setelah selesai belajar di pasai Maulana ishaq memerintah sunan giri untuk kembali ke jawa.Sebelum itu,raden paku dibekali bungkusan kain putih yg berisi tanah